Keberhasilan Perempuan
By : Dyah Ayu Kirana
(Biro Internal KOPRI PMII STAI HAS
Menjadi perempuan tidak terlepas dari tuduhan dan tuntutan darii berbagai pihak. Baik dari kerabat, orang asing bahkan diri sendiri. Kontruks sosial yang marak bertebaran dii lingkungan masyarakat, insecurity, hingga social comparison membuat kita terjajah dan terpenjara. Stuck pada pemahaman pemahaman kolot bahwa perempuan tidak memiliki hak dalam kebebasan memilih hidup nya. Kontruks sosial yang terbangun dalam masyarakat seakan menjadi undang undang dan pedoman seperti apa standar keberhasilan kita menjadi perempuan.
Kamu disebut perempuan jika bisa masak, kamu disebut perempuan jika bisa berhias, kamu berhasil menjadi perempuan jika mengandung kemudian melahirkan.
Yang kemudian kita tega membandingkan diri kita dengan orang lain, mengucilkan diri atau bahkan menyalahkan takdir. Padahal, kamu tidak selalu harus memenuhi standar "keperempuanan" orang banyak. Dengan kamu goreng ikan gosong tapi bisa memperbaiki keran yang bocor, kamu tetap perempuan. Orang² memang berhak berkomentar, menyampaikan standar keperempuanan nya. Dan kita pun berhak untuk tidak mendengarkannya. Sebab kita punya standar diri masing masing.
Tentang suatu pencapaian, pendidikan, kecantikan atau lain sebagainya. Perempuan yang dikatakan berhasil adalah mereka yang merdeka atas diri nya. Merdeka artinya bebas. Tidak lagii terjajah oleh stigma atau standar yang telah terbangun dalam lingkungan. Bebas dari jeruji yang mengurung pemikiran pemikiran kita untuk lebih maju, untuk mendobrak asumsi atau tuduhan atau bahkan tekanan yang telah di bangun dalam masyarakat demi memenuhi standar sosial yang ada. Perempuan pun memiliki keberanian untuk berkata tidak, atas apa yang memberatkan nya. Berhak menyampaikan pernyataan atau segala hal, berikut beserta penerimaannya. Dan banyak lagi. Sekali lagi, perempuan dikatakan berhasil ketika ia mampu memerdekakan diri nya.
Cikarang, 24 Agustus 2021
Komentar
Posting Komentar