Kader Jangan Keder

Oleh : Tiara Lst

(Ketua KOPRI PMII STAI HAS)

Kaderisasi adalah hal yang paling fundamental bagi setiap individu maupun organisasi untuk regenerasi dalam upayanya mempertahankan eksistensi. Kaderisasi adalah sebuah proses pendidikan, agar seorang kader terbentuk menjadi kader berkualitas yang sama rasa, sama visi dan sama misi dengan organisasi dan kader-kader lain.

PMII sebagai salah satu organisasi pengkaderan yang tentunya berhasil mencetak banyak kader di seluruh Indonesia memiliki PR penting agar menjadikan kader-kadernya berkualitas dan berkomitmen terhadap organisasi. Maka, penting sekali melakukan sebuah proses penyadaran bahwa PMII adalah benda mati, dan kader-kadernya lah yang harus menghidupkan. Ibarat sebuah kendaraan, PMII adalah mobil, kader-kadernya lah yang menjadi sopir dan penumpang. Jadi, ke arah manapun PMII akan bergerak, kader-kadernya lah yang menentukan.

Namun didalam kehidupan, baik di ruang lingkup pegerakan maupun diluar lingkup pergerakan, tentu saja terjadi yang namanya dinamika. Sebuah proses pengujian yang akan membuat seseorang dihadapkan pada sebuah pilihan bertahan atau tidak, kembali berjuang atau pasrah, semangat atau menyerah dan pilihan-pilihan lainnya yang menentukan tentang bagaimana hidupnya satu detik kedepan.

Maka jika ditengah roda pergerakan terjadi sebuah dinamika, jangan sampai kita menjadi seorang kader yang lupa dengan tanggung jawab organisasi. Dimana seorang kader bertanggung jawab untuk menjalankan fungsi kaderisasi yang diantaranya ialah :

1. Melakukan perekrutan anggota baru dan penanaman awal nilai-nilai organisasi agar anggota baru bisa bergerak aktif dan kontributif dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Memfasilitasi anggota untuk memperluas khazanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan potensinya dengan cara menjalankan proses pendidikan dan pembinaan.

3. Menjalin ikatan emosional dan proses penjagaan agar timbul rasa kepemilikan terhadap organisasi.

4. Mengevaluasi dan melakukan mekanisme kontrol organisasi sehingga proses kaderisasi bisa menjadi evaluator terhadap anggota, sejauh mana nilai-nilai yang ditanamkan seorang pengkader diterima anggota dan bagaimana dampaknya.

Namun, jika berbicara tentang teori fungsi kaderisasi maka siapapun bisa memapaparkannya dengan mudah. Tetapi, kaderisasi akan selesai dan optimal jika seorang pengkader fokus pada tujuan dan tanggung jawabnya. Sebaliknya, kaderisasi akan sulit diejawantahkan jika fokusnya terbagi menjadi beberapa bagian. Apalagi jika salah satu yang menjadi penghambatnya hanyalah sebuah egosentris pribadi. Seharusnya kita sadar bahwa jika seorang kader berlama-lama meninggikan egosentrisnya, maka akan memberikan dampak terhadap pergerakannya, yang bahkan bisa saja berimbas pada kaderisasi.

Saya dapat memahami, sebagai manusia tentu saja seorang pengkader pun memiliki sebuah emosional yang sangat dinamis. Sangat wajar jika kadang ingin memenangkan ego pribadi. Namun sebagai orang dewasa, kita seharusnya bisa kembali berpikir tentang dampak dari setiap sikap dan tindakan yang kita pilih. Jangan mengambil keputusan ketika sedang marah dan selalu mengingat bahwa pantang meninggalkan PMII dalam situasi dan kondisi apapun.

Tulisan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan sebagai upaya penyadaran terhadap diri sendiri jika dikemudian hari menjadi kader yang keder. Semoga sebagai seorang kader, kita senantiasa insyaf dan sadar terhadap komitmen yang telah terucap saat pertama kali dibai'at.


Cikarang, 8 September 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Keistimewaan Orang Berpuasa

Ramadan Segera Berakhir, Sedih atau Senang?

Sholat Tarawih, hukum hingga do’a kamilin