Aku Juga Ingin Bahagia Seperti Mereka yang Memiliki Seorang Ayah dan Ibu


Cerpen By : Selvi Nidia Rizki (anggota PMII Stai Has)


Di sebuah desa yang terhimpit kota, hiduplah seorang anak bernama Maryam. Maryam adalah gadis kecil yang ceria, namun di balik senyumannya yang manis, Maryam menyimpan kesedihan yang mendalam. Sejak kecil, Maryam tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah dan Ibu.

Maryam tinggal bersama nenek, neneknya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Maryam, namun kehilangan sosok ayah dan ibu terasa seperti lubang besar di hatinya yang sulit diisi. Setiap pagi Maryam melihat teman-temannya pergi ke sekolah diantar oleh ayah mereka. Saat waktu istirahat, ia melihat mereka bermain dan bercerita tentang ayah dan ibu masing-masing dengan penuh kebanggaan, Maryam hanya bisa tersenyum tipis, menyembunyikan rasa iri dan kesedihan yang menyelinap di hatinya. Suatu hari, di sekolah guru Maryam meminta semua murid untuk menggambar keluarga mereka, anak-anak dengan riang menggambar ayah, ibu, dan saudara-saudara mereka. Namun, Rani hanya menggambar ia dan nenek nya, saat guru melihat gambarnya dan bertanya dengan lembut, 

"Rani, di mana ayah dan Ibumu?" 

Rani menunduk dan menjawab pelan, "Saya tidak punya ayah dan ibu, orang tua saya telah meninggal ketika saya kecil Bu."

Guru itu terdiam sejenak, merasakan kepedihan di balik kata-kata Maryam, ia mengelus kepala Maryam dengan penuh kasih sayang,

 "Kamu tetap memiliki keluarga yang luar biasa Maryam, nenekmu pasti sangat mencintaimu."  Maryam hanya mengangguk, namun dalam hatinya, ia menangis. Setiap malam, sebelum tidur, Maryam sering memandangi bintang-bintang di langit, berharap ada satu bintang yang bisa membawa pesan untuk ayah dan ibunya. Ia selalu berdoa, 

"Ya Allah, aku juga ingin bahagia seperti mereka yang memiliki orang tua yang lengkap, aku rindu Ibu aku ingin dibuatkan sarapan ketika berangkat sekolah aku rindu ayah, aku ingin sekali diantar sekolah oleh ayah."

Suatu malam, ketika hujan turun dengan deras, Maryam duduk di dekat jendela, memandang tetesan hujan yang jatuh. Tiba-tiba, neneknya datang dan duduk di sampingnya. 

"Maryam,apakah kamu baik-baik saja?" tanya nenek dengan lembut, Maryam menoleh  menatap mata neneknya yang penuh kasih sayang, dan air mata mulai mengalir di pipinya. 

"Nenek kenapa aku tidak punya ayah dan ibu? Aku ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki ayah yang menyayangi dan melindungi kita, aku juga ingin rasanya memiliki ibu yang selalu memberikan perhatian padaku seperti teman-teman yang lainnya." Nenek menarik Maryam ke dalam pelukan hangatnya, 

"Maryam, ayahmu adalah pria yang sangat baik dan ibumu adalah perempuan yang sangat cantik. Dia sangat mencintaimu, bahkan sebelum kamu lahir. Namun, Allah punya rencana lain untuk mereka, ayah dan ibumu selalu ada dalam hatimu, melihatmu dari jauh, dan mendoakanmu."Maryam terisak dalam pelukan Neneknya.

 "Tapi,Nek, aku ingin merasakannya. Aku ingin melihat wajah mereka mendengar suaranya, merasakan pelukannya." Neneknya mengusap rambut Maryam dengan penuh kasih, 

"Nenek tahu, sayang. Nenek pun merasakan hal yang sama. Tapi kita harus percaya bahwa ayahmu dan ibumu menginginkan kita bahagia. Kita harus kuat, dan menjalani hidup dengan penuh semangat, seperti yang dia inginkan." Seiring berjalannya waktu, Maryam belajar untuk menguatkan hatinya. Meskipun rasa rindunya kepada ayah dan ibunya tak pernah hilang, ia berusaha menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil di sekitarnya.

 Ia belajar bahwa cinta ayah dan ibunya selalu hadir melalui cinta dan perjuangan neneknya. Suatu hari, di sekolah, Maryam diminta untuk bercerita tentang keluarganya, dengan hati yang lebih tegar, ia berkata, "Ayah ibuku mungkin tidak ada di sini, tapi aku tahu dia selalu ada di hati kami. Nenekku adalah pahlawanku, dia memberikan segalanya untukku. Aku bahagia karena aku punya nenek yang luar biasa, dan aku yakin ayah dan Ibuku bangga padaku ."Teman-temannya mendengarkan dengan penuh perhatian, dan guru Maryam tersenyum bangga.

 Maryam belajar bahwa meskipun hidupnya berbeda, ia tetap bisa menemukan kebahagiaan dan kekuatan dalam cinta dan kenangan. Malam itu, Maryam kembali memandang bintang-bintang di langit. Dengan senyum di wajahnya, ia berbisik "Ayah Ibu aku tahu kalian ada disana. Aku akan menjadi anak yang kuat dan bahagia, seperti yang kalian inginkan. Terima kasih telah menjadi bintang penuntunku."

Di bawah langit malam yang penuh bintang, Maryam merasa kehangatan cinta ayah dan ibunya, mengalir dalam hatinya, memberikan kekuatan untuk menjalani setiap hari dengan penuh harapan dan kebahagiaan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Keistimewaan Orang Berpuasa

Ramadan Segera Berakhir, Sedih atau Senang?

Sholat Tarawih, hukum hingga do’a kamilin