Bulan Suci Ramadhan Segera Berakhir Sejauh Manakah Kita Mampu Mengendalikan Diri dan Memanfaatkan Momentum Besar Ini?
Bulan Suci
Ramadhan Segera Berakhir Sejauh Manakah Kita Mampu Mengendalikan Diri dan Memanfaatkan
Momentum Besar Ini?
Penulis : Erlangga dan Rifqy Nurkarim
(Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Haji Agus Salim Cikarang)
Beberapa hari
lagi bulan suci Ramadhan segera berakhir dan kita akan bersama-sama menyambut
hari raya Idulfitri, semoga amal dan ibadah kita di bulan suci Ramadhan diterima oleh Allah SWT. Mendekati akhir bulan suci Ramadhan sebagian dari kita
bersyukur karena dapat menyelesaikan ibadah di bulan suci Ramadhan, lalu
bersiap menyambut hari raya Idulfitri. Sebagian lagi bersedih karena bulan
yang penuh akan rahmat ini segera berkhir dan belum ada kepastian apakah kita
akan bertemu lagi atau tidak.
Mendekati
berlalunya bulan suci Ramadhan; penulis sendiri bertanya-tanya dan
mendiskusikan, sudah sejauh apa kita memanfaatkan momentum bulan suci Ramadhan
ini? Apakah di bulan suci Ramadhan kita dapat mengelola diri dan menjadi jauh
lebih baik lagi dari sebelumnya? atau malah sebaliknya? sangat disayangkan
jika kita hanya melewatinya tanpa memanfaatkan sebuah momentum yang sangat luar
biasa. Hal tersebutlah yang mendorong dua orang penulis artikel ini untuk
membuat sebuah tulisan, guna menuangkan isi dari hasil renungan dan diskusinya.
Seperti yang
kita ketahui bersama, bahwa bulan suci Ramadhan datang sekali dalam satu tahun.
Bagi umat Islam diwajibkan untuknya berpuasa, hal tersebut tertuang dalam QS.
Al Baqarah ayat 183 Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang
beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa,"
Mengambil
referensi dalam sebuah tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, Allah SWT memberikan
sebuah penjelasan kepada orang–orang mukmin dari kalangan umat ini dan memerintahkan kepada
mereka berpuasa, yaitu menahan diri dari makan dan minum serta bersenggama.
Dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT. Karena didalam berpuasa terkandung
hikmah membersihkan jiwa, menyucikannya serta membebaskannya dari
endapan-endapan yang buruk (bagi kesehatan tubuh) dan akhlak-akhlak yang
rendah.
Karenanya, Ibnu Katsir dalam
tafsirnya juga menjelaskan bahwa perintah puasa yang dimaksud ayat di atas
bukan hanya sekedar perintah menahan diri dari makan, minum dan jimak semata.
Melainkan harus didasari dengan niat karena Allah SWT, membersihkan jiwa dan raga dari
amal-amal buruk, dan tercela, selain itu juga sebagai cara untuk mempersempit
gerak setan dalam menggoda manusia.
Pada kalimat di atas puasa merupakan
kewajiban atas umat muslim bukan hanya menahan diri dari haus, dan lapar. Dapat
diartikan disini bahwasanya terdapat banyak sekali kewajiban berpuasa yang
memang itu sangatlah penting bagi kita semua salah satu nya dalam proses
mengendalikan diri sendiri dan hawa nafsunya. Sering kita rasakan pada saat
berpuasa menahan marah lebih sulit dibandingkan menahan haus, dan lapar. Hal
tersebut dikarenakan oleh beberpa faktor seperti kuantitas serta kualitas tidur
yang kurang, kurangnya asupan dan cairan pada tubuh. Agar ibadah kita memiliki
kualitas yang baik maka dipandang perlu untuk mengendalikan diri dalam
situasi, kondisi yang demikian itu.
Dalam perspektif kepemimpinan bulan
suci Ramadhan merupakan sebuah momentum besar yang dapat dimanfaatkan oleh
umat Islam, guna memupuk jiwa-jiwa kepempinan khususnya dalam memimpin diri
sendiri. Kepemimpinan merupakan sebuah kemampuan mempengaruhi seseorang, atau
kelompok dalam mencapai tujuan tertentu. Proses menjadi seorang pemimpin untuk
orang lain, perlu dilalui dengan cara mempimpin diri sendiri terlebih dahulu.
Karena bagaimana dapat memimpin seseorang, jika dalam prosesnya itu kita pun
belum melaluinya.
Pada ruang lingkup sosial sering kita
jumpai para pimpinan di masyarakat, organisasi atau tempat dimana kita bekerja,
masih relatif banyak pimpinan yang belum memiliki jiwa-jiwa kepemimpinan. Sehingga
mengakibatkan kurangnya kebijaksanaan, dalam tindakan maupun pengambilan
keputusan. Mengutip semboyan pendidikan yang sejatinya mencakup aspek
kepemimpinan dari Ki Hajar Dewantara “ing
ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karsa, tut wuri handayani”. Semboyan
tersebut juga dapat diartikan bahwa, sebagai seorang pemimpin ketika di depan
harus memberikan teladan, di tengah memberikan bimbingan serta motivasi, dan di
belakang memberikan sebuah dorongan kepada pengikutnya. Maka dari itu, penting
bagi seorang pemimpin untuk memimpin diri sendiri agar tercipta nya sebuah
kebijaksanaan dalam memimpin.
Langkah awal dalam memimpin diri
sendiri dapat dilakukan dengan cara mengenal, mengidentifikasi, dan mengarahkan
diri kepada suatu capaian yang mencakup tujuan, alasan dalam meraih sesuatu,
dan bagaimana cara kita mencapai tujuan tersebut. Mengenal, mengidentifikasi
dan mengarahkan diri sendiri salah satunya dapat dilakukan dengan cara
menerakan metode analisis SWOT (Strenght, Weaknesess, Opportunity, Threats). Analisis
SWOT merupakan teori yang memadukan 4 komponen yaitu kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman.
Studi kasusnya tentang seorang
penulis artikel ini yang ingin memanfaatkan bulan suci Ramadhan, sebagai
momentum untuk lebih baik dari sebelumnya dengan cara memimpin diri sendiri. Dimulai dari mengidentifikasi apa saja yang menjadi kekuatan atau kelebihan,
kelemahan atau kekurangan, peluang serta ancaman. Kekuatan yang dimiliki oleh
penulis yaitu memiliki keberanian untuk menjadikan dirinya jauh lebih baik
lagi, serta motivasi yang kuat baik dari intenal (diri sendiri) maupun eksternal
(orang di lingkungan sekitarnya). Hal tersebut mengakibatkan terciptanya
produktifitas dan progresifitas diri. Kelemahannya ada pada manajemen diri
yang kurang baik seperti, belum efektif serta efisien dalam mengatur waktu. Dengan
begitu terciptalah ancaman bagi dirinya, dimana dengan manajemen waktu yang
kurang baik akan menghambat dalam proses mencapai tujuan. Salah satu contohnya
seperti kekurangan kualitas tidur, sehingga sulit dalam mengontrol diri dan
mengakibatkan munculnya emosional yang kurang baik.
Dari studi kasus tersebut, dapat kita jadikan sebuah data peluang serta ancaman lalu dikorelasikan dengan hasil pencapaian di hari ini. Dari situlah kita dapat menemukan sebuah jawaban atas pertanyan kita sebelumnya, sudah sejauh manakah kita mengendalikan diri?. Mari refleksikan bersama dan temukan jawabannya sendiri.
Terima kasih telah membaca
jangan lupa share ya teman-teman. Semoga bermanfaat, satu pesan dari
penulis “Pemuda itu harus berperan bukan
baperan”.
Wallahu a'lam bish-shawab..
Komentar
Posting Komentar