Langsung ke konten utama

Upaya Peningkatan Indeks Literasi oleh KOPRI STAI HAS

 



Oleh : Nurul Fadhilah (Ketua KOPRI STAI HAS) dan

Putri Nilam Cahya Ramadan (Bendahara KOPRI STAI HAS) 

Taman baca adalah sebuah wadah pendidikan non-formal yang mempromosikan kegiatan budaya membaca buku, berdiskusi, menulis dan kegiatan kegiatan yang serupa lainnya, tentu saja dilengkapi dengan akses bacaan seperti buku, majalah, tabloid, komik, atau media lainnya yang didukung oleh sumber daya manusia sebagai motivator penggerak.

Berbicara tentang TBM tentu tidak lepas dari pembahasan terkait literasi. Banyak orang menganggap literasi hanya sebatas baca dan tulis saja, tapi justru lebih dari itu literasi memiliki makna dan definisi yang lebih dalam.

Seperti yang terkandung pada surah Al-Qur’an pertama yang di turunkan adalah surah Al-Alaq ayat 1-5. Kata iqra “bacalah” bukan hanya bermakna pada perintah membaca saja tetapi makna yang terkandung lebih luas lagi yaitu mengenai literasi. Secara luas literasi meliputi banyak hal bukan hanya pada kegiatan menulis dan membaca tetapi juga terkait keterampilan dan pengetahuan dalam kehidupan.

Menurut UNESCO, mereka mendefinisikan dan mengartikan literasi sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menginterpretasikan, mencipta, mengkomunikasikan dan menghitung, menggunakan bahan cetak dan tulisan yang dikaitkan dengan berbagai konteks. Sedangkan menurut Paulo Freire Literasi atau keaksaraan bukanlah akhir dari pendidikan atau bahkan awal, ini adalah salah satu jalan yang ditempuh pendidikan dalam mengejar tujuannya. Dia menerangkan bahwa keaksaraan harus dianggap sebagai proses pembelajaran permanen, bukan peristiwa satu kali.

Dalam konteks modern, kata literasi mengacu pada membaca dan menulis pada tingkat yang memungkin kan seseorang memiliki kapasitas mengkomunikasikan gagasannya sehingga dapat mengambil peran di dalam masyarakat tersebut.

Literasi juga dapat merujuk pada keahlian dalam suatu bidang seperti seni, ekonomi, aktifitas fisik atau yang lainnya. Tingkat melek huruf dalam literasi menjadi acuan dalam mengukur keberhasilan sumber daya manusia dalam suatu daerah.

Menurut survei yang di lakukan oleh rogram for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2019. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat literasi rendah berada di 10 terbawah menempati posisi ke-62 dari 70 negara. Hal ini menunjukan betapa pentingnya pemerintah dan kita yang mengaku warga negara indonesia untuk menyikapi persoalan ini. Semakin rendah budaya membaca yang dimiliki maka semakin rendah pula indeks literasinya dan hal ini berdampak pada banyak aspek seperti rendahnya sumber daya manusia yang berkualitas, rendahnya income atau pendapatan perkapita, rendahnya inovasi, rendahnya rasio gizi dan terakhir semakin rendah pula indeks kebahagiaan warga negara itu sendiri.

Dengan persoalan dan tantangan yang di hadapi terkait literasi, Kopri melalui Kopri STAI HAS hadir sebagai penggerak guna membantu proses peningkatan indeks literasi Indonesia dengan mengadakan program TBM atau taman baca masyarakat setiap hari jum’at pukul 15.00 sampai dengan selesai. Banyak kegiatan dan aktifitas menarik yang dilakukan seperti membaca buku, menggambar, bernyanyi, belajar mendongeng hingga senam. TBM ini dilaksanakan tepat di halaman depan komisariat PMII STAI Haji Agus Salim dan disambut dengan antusias oleh masyarakat sekitar khususnya anak anak yang mayoritas duduk di bangku sekolah dasar.

Dengan adanya kegiatan ini diharapkan semoga angka melek huruf semakin meningkat, dan memberikan motivasi kepada anak-anak bahwa belajar bukanlah hal yang monoton dan membosankan, dan membuka pandangan bahwa belajar bisa melalui berbagai media dan metode yang menarik serta pendektan yang persuasif. Dengan ini peran orang tua juga sangat penting dalam menciptakan pemahaman pada anak, orang tua harus memahami bahwa selain akademis dan sekolah formal juga harus memperhatikan pendidikan karakter pada anak.

Mari bersama melakukan hal kecil yang berdampak pada lingkungan sekitar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Hukum Acara Perdata (M. Yahya Harahap, S.H.)

Nama: Abdul Rozzaq Annur Kurniawan Syawal  Prodi: Hukum Ekonomi Syariah  Judul buku : Hukum Acara Perdata Penulis : M. Yahya Harahap,S.H. Tebal buku : 1018 halaman Tahun terbit : 2019 Buku ini menjelaskan semua poin-poin penting yang harus seseorang ketahui ketika sedang mempelajari hukum acara perdata, di dalamnya memuat hal-hal penting dan buku ini bisa menjadi refrensi penunjang bagi para penggiat ataupun mahasiswa yang akan menjadi atau memiliki gelar Sarjana Hukum {S.H}. Dalam buku ini terdapat 17 bab dengan pembahasan nya tersendiri, pembagian nya antara lain, yaitu : ruang lingkup suara khusus, gugatan permohonan atau gugatan voluntair, ruang lingkup permasalahan gugatan kontentiosa, masuknya pihak ketiga dalam proses perkara yang sedang berjalan, lingkup gugatan citizens lawsuit, preejudicieel geschil, gugatan perwakilan kelompok, kekuasaan mengadili, tatacara pengadilan dan proses mendahuluinya, putusan akta perdamaian dalam rangka sistem mediasi, penyitaan, proses ac...

Perempuan dengan Tantangan dan Kemajuan

  Oleh : Putri Nilam Cahya Ramadan Direktur Lembaga Kepenulisan STAI Haji Agus Salim Sebagai perempuan yang menyadari betul seberapa pentingnya peran yang kita miliki, tentu saja tidak lepas dari banyaknya tantangan yang harus di hadapi, tidak sedikit pula stigma negatif di dalam masyarakat yang masih memandang perempuan sebagai makhluk nomer dua, di anggap bertentangan dengan tradisi, di nilai tidak layak untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki laki, ruang gerak yang cenderung di persempit, serta di anggap tidak pantas berkontribusi dalam berbagai bidang. Kalau kata mba Najwa Sihab “Harga diri tidak di tentukan oleh oranglain melainkan berdasarkan pengenalan atas diri sendiri, tau kekuatan dan kekurangan sendiri.” Tidak ada yang lebih mengenal diri kita sebagai perempuan kalau bukan kita sendiri, oleh karena itu menjadi sangat penting bagi perempuan untuk bisa berdaya dan mempu berdiri di kaki sendiri tanpa bergantung pada siapapun. Hal ini di perkuat dengan i...

Mengulik Falsafah Puasa Menurut Aristoteles

  Oleh : Rifky Nurkarim (Anggota Wakil Ketua 1 Bidang Kaderisasi) Puasa adalah sebuah perjalanan spiritual yang menyucikan jiwa dan merenungkan rahmat-Nya. Menahan diri dari makan dan minum, berpuasa bukan sekadar menahan perut yang lapar. Tetapi sebuah latihan untuk menguasai diri, dan menggapai puncak kebahagiaan yang sejatinya bisa dirasakan oleh semua orang disetiap detik yang kita tahan, kita temukan kekuatan dalam kesederhanaan. Puasa mengajarkan arti kesabaran dan menguatkan ikatan batin dengan Sang Pencipta. Dalam sahur dan berbuka, kita berkumpul, berbagi nikmat dalam kebersamaan yang indah. Puasa mempersatukan hati yang penuh gembira dan menyuburkan kasih yang tiada tara. Berbicara tentang puasa ada pandangan tersendiri menurut Aristoteles, seorang filosof yang lahir pada tahun 384 SM di Stagria, sebuah kota di Thrace Yunani. Dalam perspektifnya Aristoteles berpendapat bahwa puasa merupakan metode untuk mencapai kebahagiaan yang ditawarkan oleh agama Islam. Karena d...